I.
JUDUL
Judul praktikum Mata Kuliah
Biokimia ini adalah Percobaan III “Pengujian Angka Saponifikasi”.
II.
PENDAHULUAN
2.1
Dasar Teori
Istilah
saponifikasi dalam literatur berarti “soap making”. Akar kata “sapo” dalam
bahasa Latin yang artinya soap / sabun. Pengertian Saponifikasi
(saponification) adalah reaksi yang terjadi ketika minyak / lemak dicampur
dengan larutan alkali. Ada dua produk yang dihasilkan dalam proses ini, yaitu
Sabun dan Gliserin.
Angka penyabunan menunjukan berat molekul lemak dan miyak secara kasar.
Miyak yang disusun oleh asam lemak berantai karbon yang pendek mempunyai berat
molekul yang relative kecil, maka akan mempunyai angka penyabunan yang besar.
Dan sebaliknya, bila mempunyai berat molekul yang besar, maka angka penyabunan relative kecil. Angka penyabunan dinyatakan
sebagai banyaknya (gram) NaOH atau KOH yang dibutuhkan
untuk menyabunkan satu gram lemak atau minyak.
Alkohol yang ada pada KOH
berfungsi untuk melarutkan asam lemak hasil hidrolisa agar mempermudah reaksi
dengan basa sehingga membentuk sabun. Penentuan bilangan penyabunan dilakukan untuk mengetahi sifat minyak dan lemak.
Pengujian sifat ini dapat digunakan untuk membedakan lemak yang satu
dengan yang lainnya. Angka penyabunan dapat juga digunakan untuk menentukan berat molekul dari suatu lemak atau minyak.
2.2 Tujuan
Adapun tujuan praktikum ini adalah untuk menentukan
erat molekul minyak dan lemak secara kasar.
III.
BAHAN DAN ALAT
3.1 Bahan
a. Minyak
Goreng
b. KOH 0,5N
alkoholik
c. HCl 0,5N
d.
Indikator PP
3.2 Alat
a. Timbangan Analitik
b. Erlenmeyer
c. Gelas Erlenmayer
d. Buret
e. Pipet Tetes
IV.
HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 1. Hasil pengamatan Pengujian
Angka Saponifikasi
Berat contoh
|
Hasil pengamatan
|
||
KOH 50 ml
|
Indikator PP 2 tetes
|
HCL
|
|
Tiga sampel
tabung erlenmayer
minyak goreng
5 gram
|
Larutan minyak
berubah menjadi keruh, selama pemansan butir-butir minyak terdapat pada
permukaan sehingga terdapat 2 lapisan, lapisan atas berupa minyak kuning
bening, lapisan bawah berwarna putih keruh
|
Larutan
berubah warna menjadi merah muda
|
Jumlah larutan
HCL yang digunakan untuk titrasi tiga sampel yaitu
·
35 ml
·
34 ml
·
34 ml
|
4.2 Pembahasan
Pada
praktikum ini hal pertama yang dilakukan adalah menimbang minyak goreng seberat
5 gram. Kemudian ditambkan dengan 50 ml larutan KOH 0,5 N, larutan minyak yang
semula berwarna kuning bening berubah warna menjadi putih susu. Lalu campuran 5
gram larutan minyak goreng ditambah dengan 50 ml KOH 0,5 N dipanaskan didalam
iar yang mendidih. Selama pemanassan, butir-butir minyak terlihat pada
permukaan larutan berupa buih. Perlahan-lahan buih-buih minyak yang terlihat
pada permukaan larutan mulai menghilang dan larutan yang berwarna putih susu
menjadi keruh. Setelah dingin larutan terdiri atas dua lapisan, lapisan atas
berupa minyak yang berwarna kuning bening, sedangkan lapisan atas berwarna
putih keruh.
Lalu larutan
tersebut diteteskan dengan larutan indikator PP sebanyak dua tetes sehingga
larutan berubah warna menjadi merah muda. Kemudian dititrasi dengan larutan HCL
0,5 N dengan perbandingan pada setiap sampel
sebanyak 35 ml, 34 ml, dan 34 ml sehingga larutan berubah warna kembali
menjadi keruh dan minyak menggumpal dipermukaan. Penghintungan angka penyabunan
menggunakan rumus :
Angka
Penyabunan
ts = Volume
Blanko (ml)
tb = volume
Titrasi (ml)
Sehingga diperoleh hasil angka
penyabunan minyak goreng sebesar :
tb = 50 ml N HCL =
0,5
ts1 = 35 ml BM KOH = 56
ts2 = 34 ml Berat contoh = 5 gram
ts3 = 34 ml
Angka Penyabunan ts1
Angka Penyabunan ts2
Angka Penyabunan ts3
V.
KESIMPULAN
Saponifikasi adalah reaksi yang terjadi
ketika minyak / lemak dicampur dengan larutan alkali. Ada dua produk yang
dihasilkan dalam proses ini, yaitu Sabun dan Gliserin. Angka penyabunan dinyatakan sebagai banyaknya (gram) NaOH atau KOH
yang dibutuhkan untuk menyabunkan satu gram lemak atau minyak. Alkohol yang ada pada KOH
berfungsi untuk melarutkan asam lemak hasil hidrolisa agar mempermudah reaksi
dengan basa sehingga membentuk sabun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar